Minggu, 05 Desember 2010

Konselor Efektif



“Tahukah kamu siapa Guru BK?” sering kali pertanyaan ini ditanyakan pada siswa baru disetiap awal tahun ajaran baru, kebanyakan dari mereka yang masih berseragam celana pendek itu menjawab dengan jawaban relative sama, yaitu Guru BK adalah guru yang ditugaskan untuk menghukum siswa yang melakukan pelanggaran, guru yang mengurus absensi, bahkan ada yang menjawab guru yang menagih uang SPP, jawaban-jawaban itu sering terdengar pada beberapa tahun yang lalu, namun pada akhir-akhir ini bisa dikatakan ada perubahan, berubahan terjadi seiring dengan banyaknya pengangkatan tenaga Bimbingan dan konseling di SMP-SMP secara menyeluruh bahkan juga ditempatkannya pada sekolah dasar (SD/MI) dan kebijakan sekolah dalam pemberian jam tatap muka di kelas, sehingga Bimbingan dan Konseling mulai dikenal dengan lebih baik, patut disyukuri sebagai fondasi untuk menanamkan image baik bagi para konselor dimata siswa.

Dari kemajuan yang telah dicapai belumlah dirasa puas, karena tantangan kedepan masih begitu banyak, salah satunya adalah masih rendahnya minat siswa untuk mau memanfaatkan bantuan konselor, tolak ukur keberhasilan konselor dalam berusaha mencapai pengakuan kompetensinya adalah apakah ia mendapatkan kepercayaan dari siswa untuk dimanfaatkan layanannya?


Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat siswa dalam memanfaatkan layanan BK antara lain adalah pengetahuan siswa akan kemanfaatan BK di sekolah, adanya sarana penunjang dan pandangan siswa terhadap konselor sebagai pribadi, semuanya adalah hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian, namun yang paling penting dan mendasar adalah yang terakhir, walau pemahaman siswa cukup tinggi akan kemanfaatan BK serta sarana dan prasarana sangat memadai siswa akan merasa enggan untuk meminta bantuan apabila konselor sekolahnya adalah seorang yang memiliki kepribadian yang kurang disukai, sebagai tenaga professional konselor sekolah memiliki standart kompetensi kepribadian namun adakalanya kepribadian yang telah dipelajari itu belum secara mendarah daging diterapkan karena kemungkinan adanya dominasi dari kepribadian asli, hal ini harus betul-betul secara penuh kesadaran untuk diantisipasi.

Agar dapat menumbuhkan kepercayaan siswa untuk mau memanfaatkan layanan konseling maka konselor harus berusaha dalam meningkatkan efektifitas layanan yang diberikan, usaha yang dilakukan sudah tentu adalah selalu meningkatkan kemampuannya dalam memberikan bantuan, hal ini berhubungan dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang mutlak harus dikuasai dalam pemberian layanan konseling, apabila konselor kurang memahami terhadap pengetahuan tersebut maka akan terjadi suatu ketidak jelasan pada tujuan konseling, konseling hanya akan berjalan sebagai curhat (curahan hati) semata yang semua orang dapat melakukannya, tak akan ada bedanya cara penanganan masalah siswa yang ditangani oleh guru-guru bidang studi dengan penanganan konselor bila konselor dalam bekerja tidak pernah menggunakan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan dalam konseling.

Selain upaya dalam meningkatkan efektifitas pelayanan yang diberikan juga tak kalah pentingnya adalah upaya konselor dalam meningkatkan efektifitas dirinya sebagai pribadi, dalam menumbuhkan kepercayaan siswa untuk mau memanfaat bantuan konselor, maka diperlukan dimilikinya oleh konselor karakteristik-karakteristik pribadi yang efektif, yaitu :

1. Cerdas, diperlukan dimilikinya kecerdasan untuk dapat melihat/menemukan adanya masalah dalam diri orang lain dan mampu untuk memberikan jalan penyelesaian.
2. Mengerti dan dapat menerima orang lain, dengan mengerti dan dapat menerima maka orang lain akan merasakan kenyamanan dalam mengemukakan tentang dirinya sehingga timbul rasa percaya dalam diri orang lain.
3. Menunjukkan minat yang besar terhadap orang lain
4. Mampu untuk dipercaya
5. Bijaksana, Selalu memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, berpikir luas dan memiliki    toleransi terhadap keyakinan-keyakinan, nilai-nilai yang berbeda.
6. Sanggup bergaul dengan siapa saja tanpa memandang adanya perbedaan.
7. Sanggup membuktikan empati, dapat memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan tetapi tidak menyamakan dirinya dengan orang lain secara berlebihan.
8. Memiliki rasa humor
9. Mampu bekerja sama

Tidak ada komentar: